Ajang Earthshot Prize 2025 kembali digelar dengan meriah di Rio de Janeiro dan menjadi sorotan dunia karena menghadirkan deretan inovator yang membawa solusi nyata bagi masa depan bumi. Penghargaan yang dicetuskan untuk mendorong aksi lingkungan global ini tetap setia pada misinya: mencari, mendukung, dan membesarkan proyek-proyek yang dapat memperbaiki kondisi planet dalam satu dekade ke depan. Tahun ini, lima pemenang terpilih dari berbagai belahan dunia, masing-masing membawa gagasan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga dapat diterapkan secara nyata untuk menjawab persoalan lingkungan yang semakin mendesak.
Yang membuat Earthshot Prize 2025 begitu menarik adalah keragaman bidang yang disentuh oleh para pemenangnya. Mulai dari reforestasi berbasis AI, kualitas udara kota, perlindungan laut internasional, fesyen berkelanjutan, hingga solusi ekologi berbasis komunitas. Kelima pemenang ini membuktikan bahwa langkah menuju bumi yang lebih sehat dapat datang dari sains, teknologi, kolaborasi, hingga kreativitas dalam industri kreatif. Setiap pemenang mendapat pendanaan besar yang ditujukan untuk mempercepat implementasi proyek mereka, sebuah dukungan penting untuk membawa mereka ke skala global.
1. re.green – Revolusi Reforestasi Menggunakan AI dan Satelit
Pemenang pertama adalah re.green, sebuah inisiatif dari Brasil yang berfokus pada reforestasi skala besar. Di tengah deforestasi Amazon yang berlangsung selama puluhan tahun, re.green muncul sebagai bukti bahwa teknologi dapat menjadi sekutu kuat dalam penyembuhan ekosistem hutan. Mereka memanfaatkan kecerdasan buatan dan citra satelit resolusi tinggi untuk memetakan area yang rusak dan menentukan strategi penanaman kembali yang paling efektif.
Sistem AI milik mereka bukan hanya menentukan jenis tanaman yang cocok, tetapi juga memprediksi pola pertumbuhan, risiko kebakaran, distribusi nutrisi tanah, hingga dampak cuaca. Pendekatan ilmiah ini membuat reforestasi lebih cepat, presisi, dan jauh lebih hemat biaya dibanding metode tradisional yang membutuhkan banyak tenaga manusia.
Yang membuat re.green begitu menonjol adalah kemampuannya menggabungkan restorasi ekologis dan pendekatan bisnis berkelanjutan. Mereka bekerja sama dengan komunitas lokal, ahli ekologi, serta pemilik lahan untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai penyerap karbon dan rumah bagi keanekaragaman hayati. Dengan dukungan Earthshot Prize, re.green berencana memperluas algoritma mereka ke wilayah hutan tropis lainnya di dunia.
2. Kota Bogotá – Perubahan Pola Hidup dengan Transportasi Bersih
Bogotá dari Kolombia memenangkan kategori mengenai kualitas udara. Ibukota tersebut selama bertahun-tahun dikenal memiliki tantangan besar dalam hal polusi udara. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Bogotá membuat lonjakan besar dengan mengubah sistem mobilitas urbannya. Proyek transportasi bersih mereka didasarkan pada penerapan bus listrik skala besar, jalur khusus transportasi umum, dan kebijakan pembatasan kendaraan berbahan bakar fosil.
Program ini bukan hanya menurunkan polusi, tetapi juga mengubah gaya hidup warganya. Banyak penduduk kini lebih mengandalkan transportasi publik daripada kendaraan pribadi. Pemerintah kota memperbaiki trotoar, memperbanyak ruang hijau, dan memperluas jalur sepeda untuk memberikan pilihan mobilitas yang aman dan ramah lingkungan.
Keberhasilan Bogotá menjadi inspirasi bagi banyak kota berkembang yang sering menghadapi masalah serupa: kepadatan penduduk, polusi udara, dan urbanisasi cepat. Dengan penghargaan yang mereka terima, Bogotá berencana memperluas area transportasi listrik dan mempercepat transisi menuju kota beremisi rendah.
3. High Seas Treaty – Standard Baru Perlindungan Laut Internasional
Salah satu pemenang paling berpengaruh tahun ini adalah kesepakatan internasional yang mulai mendapatkan momentum global, yaitu High Seas Treaty. Perjanjian ini menitikberatkan pada perlindungan area laut lepas – wilayah yang mencakup hampir separuh permukaan bumi dan selama ini kurang mendapatkan perhatian hukum maupun konservasi.
Laut lepas menghadapi ancaman serius: eksploitasi berlebihan, penangkapan ikan tanpa batas, polusi plastik, hingga perubahan suhu akibat pemanasan global. High Seas Treaty hadir sebagai kerangka hukum internasional yang memberi negara kemampuan untuk membentuk area konservasi laut, mengatur eksplorasi, dan menegakkan standar perlindungan ekosistem yang lebih kuat.
Penghargaan Earthshot Prize kepada kesepakatan ini memberikan sinyal kuat bahwa kolaborasi global diperlukan untuk melindungi bumi. Penilaian juri menyebut High Seas Treaty sebagai salah satu langkah paling signifikan dalam upaya menjaga biodiversitas laut di abad ke-21. Dengan pengakuan ini, semakin banyak negara yang diharapkan bergabung untuk menerapkan aturan perlindungan laut secara lebih ketat.
4. Lagos Fashion Week – Memimpin Gerakan Fesyen Berkelanjutan di Afrika
Dari industri kreatif, Lagos Fashion Week muncul sebagai pemenang yang membawa pendekatan segar dalam menghadapi limbah tekstil dan dampak lingkungan dunia fesyen. Di Afrika, industri ini sedang berkembang pesat, tetapi sebagian besar belum memiliki standar keberlanjutan. Lagos Fashion Week mengambil langkah besar dengan menjadikan keberlanjutan sebagai inti dari seluruh acara dan ekosistemnya.
Mereka mendorong para desainer untuk menggunakan bahan daur ulang, pewarna alami, proses produksi rendah karbon, serta sistem produksi berbasis pesanan untuk menghindari over-produksi yang membuat banyak pakaian berakhir di tempat pembuangan sampah. Program edukasi juga digencarkan untuk memberikan kesadaran kepada konsumen dan pelaku industri mengenai pentingnya fesyen yang bertanggung jawab.
Selain itu, Lagos Fashion Week membangun jaringan antara petani lokal, produsen tekstil kecil, dan desainer muda untuk menciptakan ekosistem yang mendukung ekonomi sirkular. Pendekatan ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga meningkatkan penghidupan masyarakat lokal.
5. Friendship dari Bangladesh – Menggunakan Solusi Alam untuk Ketahanan Komunitas
Friendship, sebuah organisasi berbasis komunitas dari Bangladesh, menjadi salah satu pemenang berkat upayanya yang luar biasa dalam meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim. Negara tersebut termasuk yang paling rentan terhadap banjir, kenaikan permukaan laut, dan badai tropis. Friendship bekerja bersama penduduk pesisir dengan pendekatan holistik berbasis ekosistem.
Program utama mereka adalah menanam dan merawat hutan bakau sebagai perlindungan alami terhadap abrasi dan badai. Bakau tidak hanya kuat menahan gelombang besar, tetapi juga menjadi habitat penting bagi keanekaragaman hayati. Selain itu, Friendship mengembangkan pendidikan lingkungan, layanan kesehatan bergerak, hingga pelatihan ekonomi bagi masyarakat setempat, sehingga mereka tidak hanya bertahan tetapi juga mampu berkembang.
Inisiatif Friendship menunjukkan bahwa solusi berbasis alam masih menjadi salah satu cara paling efektif untuk menghadapi perubahan iklim, terutama di wilayah rawan bencana. Dengan dukungan Earthshot Prize, program ini berpotensi direplikasi ke berbagai negara yang menghadapi tantangan serupa.