Stablecoin Lokal Semakin Diminati, Negara Berkembang Jadi Basis Pertumbuhan Baru Kripto

 


30 Juli 2025

Di tengah dinamika pasar kripto global, salah satu tren yang paling mencolok hari ini adalah meningkatnya adopsi stablecoin lokal di negara-negara berkembang. Token digital yang dipatok pada mata uang fiat lokal ini kini digunakan secara masif untuk transaksi harian, transfer lintas negara, dan bahkan tabungan digital oleh jutaan pengguna dari Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika Latin.

Stablecoin seperti IDRStable (berbasis rupiah) dan PesoX (berbasis peso Filipina) mencatat lonjakan volume transaksi harian masing-masing sebesar 15% dan 18% dalam 24 jam terakhir. Data ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi dari sistem keuangan konvensional ke instrumen digital yang dinilai lebih cepat, murah, dan transparan.


Alasan Meningkatnya Popularitas Stablecoin Lokal

1. Nilai Stabil, Risiko Rendah

Stablecoin lokal dirancang agar nilainya selalu sama dengan mata uang fiat di negara masing-masing. Misalnya, 1 IDRStable = 1 Rupiah, atau 1 PesoX = 1 Peso Filipina. Karena tidak memiliki volatilitas ekstrem seperti Bitcoin atau altcoin lainnya, banyak pengguna menganggap stablecoin lebih aman untuk kebutuhan keuangan sehari-hari.

Bagi masyarakat di negara berkembang yang sering mengalami inflasi tinggi atau kesulitan mengakses bank, stablecoin menjadi solusi digital yang efisien untuk menyimpan nilai tanpa harus khawatir harga turun drastis.

2. Transfer Cepat dan Murah

Salah satu keunggulan utama stablecoin adalah kemampuannya untuk digunakan dalam transaksi lintas negara secara instan dengan biaya sangat rendah. Dibandingkan dengan sistem remiten tradisional seperti Western Union atau SWIFT, transaksi menggunakan stablecoin hanya memerlukan beberapa detik dengan biaya di bawah $1, bahkan seringkali gratis.

Fenomena ini sangat terasa di komunitas pekerja migran. Misalnya, pekerja Indonesia di luar negeri kini banyak yang mengirim uang ke kampung halaman melalui jaringan stablecoin IDRStable, menghindari potongan biaya besar dari bank atau penyedia remitansi.


Kolaborasi dengan Fintech Lokal dan Pemerintah

Proyek-proyek stablecoin lokal tidak berdiri sendiri. Banyak di antara mereka telah menjalin kolaborasi dengan perusahaan fintech domestik, koperasi digital, hingga bank digital. Mereka menyediakan antarmuka yang mudah diakses melalui aplikasi ponsel, memudahkan siapa saja untuk membeli, menyimpan, dan menggunakan stablecoin tanpa perlu memahami teknologi blockchain secara mendalam.

Menariknya, beberapa pemerintah di negara berkembang mulai bersikap terbuka terhadap stablecoin lokal. Alih-alih melarang, mereka memilih untuk mengatur dan mengawasi, asalkan proyek stablecoin memiliki cadangan yang jelas dan tidak digunakan untuk aktivitas ilegal.

Contohnya, Otoritas Keuangan di Asia Tenggara kini sedang menyusun regulasi khusus untuk memantau penggunaan stablecoin tanpa membatasi inovasi. Pendekatan ini dinilai lebih sehat dibandingkan pendekatan represif yang menghambat pertumbuhan teknologi keuangan.


Studi Kasus: IDRStable dan Pertumbuhan Digital di Indonesia

IDRStable adalah contoh nyata dari kesuksesan stablecoin lokal. Diluncurkan pada akhir 2023, token ini awalnya hanya digunakan di komunitas Web3 dan platform NFT lokal. Namun dalam dua tahun, adopsinya melonjak pesat. Saat ini, IDRStable digunakan untuk membayar langganan layanan digital, pembayaran UKM, transfer antar pengguna, hingga sebagai alat tukar di marketplace kripto Indonesia.

Dengan didukung oleh cadangan rupiah yang disimpan di bank kustodian, IDRStable menawarkan jaminan stabilitas bagi penggunanya. Banyak startup Indonesia kini bahkan memilih menggunakan IDRStable untuk transaksi payroll internal dan manajemen kas, terutama ketika menggunakan layanan berbasis blockchain.


Tantangan dan Risiko yang Harus Diatasi

Meski potensi stablecoin lokal sangat besar, tantangan tetap ada. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Kepercayaan Terhadap Penerbit: Pengguna ingin memastikan bahwa stablecoin benar-benar didukung oleh cadangan yang transparan. Tanpa audit dan pelaporan berkala, risiko manipulasi tetap menghantui.

  • Risiko Teknologi: Serangan siber terhadap platform penyedia stablecoin bisa merusak reputasi dan menimbulkan kerugian besar.

  • Ketidakpastian Regulasi: Jika pemerintah mendadak memberlakukan pembatasan atau pelarangan tanpa kerangka hukum yang jelas, adopsi bisa terganggu drastis.


Kesimpulan: Masa Depan Keuangan Digital Ada di Lokalitas

Kebangkitan stablecoin lokal mencerminkan perubahan besar dalam cara masyarakat mengakses dan menggunakan uang. Di era digital, kecepatan dan efisiensi menjadi prioritas, dan stablecoin mampu memenuhi kebutuhan ini dengan sangat baik—terutama di wilayah yang selama ini terpinggirkan dari sistem keuangan formal.

Jika dukungan dari regulator dan komunitas terus meningkat, serta penerbit stablecoin menjaga transparansi dan keamanan, maka masa depan keuangan digital berbasis mata uang lokal akan menjadi kenyataan yang tak terhindarkan.

Stablecoin bukan hanya soal teknologi, tetapi soal inklusi keuangan—dan negara berkembang kini menjadi panggung utama perubahan itu.

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama